Agama
Islam yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW berkembang pesat setelah mengalami
pasang surut dalam penyebarannya. Penyebaran Islam yang pada awalnya dilakukan
oleh para pedagang dari Cambay atau Gujarat yang datang tidak hanya berdagang
saja namun juga melakukan penyebaran terhadap Agama Islam.
Yang menyebabkan
para pedagang itu menyebarkan agamanya adalah didorong rasa ketaatan yang
tinggi pada ajaran Islam. Kerajaan Islam pertama yang berdiri adalah Kerajaan
Samudra Pasai yang awalnya hanya sebagai tempat singgah oleh para pedagang yang
telah melakukan transaksi di Malaka. Namun seiring dengan pertumbuhan Malaka
sebagai bandar pelabuhan, kemudian kedudukan Pasai menjadi lemah yang pada
akhirnya mengalami kemunduran. Pada masa itu Islam sempat lemah, namun setelah
itu Islam berkembang di wilayah Jawa seiring dengan keruntuhan Kerajaan
Majapahit pada abad 15 dan juga pertumbuhan dari pelabuhan-pelabuhan yang ada
di sekitar pesisir Jawa. Selain itu di dalam penyebaran Islam juga tidak bisa
lepas dari tokoh Walisongo. Walisongo adalah sebutan untuk wali atau penyebar
agama Islam yang berjumlah sembilan orang di Nusantara. Walisongo tersebut
antara lain :
· Maulana
Malik Ibrahim atau Sunan Gresik yang berasal dari Persia kemudian menyebarkan
agama di wilayah Gresik. Sunan Gresik
ini datang ke Pulau Jawa pada tahun 1404 M. Cara yang dilakukan dalam
menyebarkan agama adalah dengan cara berdakwah dan bertasawuf. Selain itu
sebelum menyebarkan agama Sunan Gresik lebih dulu menyelami dan memahami watak
dan jiwa dari masyarakat Nusantara sendiri.
· Raden
Rahmad atau Sunan Ampel yang menyebarkan Islam di wilayah Surabaya dan
disekitarnya. Sunan Ampel mendirikan pesantren di Ampel Denta dan memiliki
muridnya juga merupakan wali. Sunan Ampel
memiliki ikatan saudara dengan Kerajaan Majapahit karena bibinya waktu itu
diperistri oleh Prabu Brawijaya yang merupakan raja Majapahit pada masa
itu. Awalnya Sunan Ampel datang ke
Majapahit atas perintah dari Prabu Brawijaya yang ingin Sunan Ampel untuk
memperbaiki akhlak dari masyarakat yang pada saat itu sangat buruk. Cara yang
dilakukan Sunan Ampel awalnya adalah dengan membangun pesantren yang berada di
Ampeldenta yang merupakan daerah pemberian dari Prabu Brawijaya. Ajaran Sunan
Ampel yang terkenal adalah Moh Limo. Moh Limo maksudnya tidak mau melaksanakan lima hal atau perkara yang
dilarang oleh syariat Islam. Lima hal yang tidak diperbolehkan antara lain :
tidak boleh judi, tidak boleh minum-minuman keras, tidak boleh mencuri, tidak
boleh berzina dan tidak boleh menghisap candu atau ganja. Sunan Ampel wafat
pada tahun 1478 M dan dimakamkan di sebelah Masjid Ampel. Sebelum wafat Sunan
Ampel berpesan kepada muridnya agar selalu terus mengamalkan apa yang
diperolehnya dan juga tetap memperjuangkan Agama Islam.
· Raden Makdum Ibrahim atau
Sunan Bonang yang merupakan salah satu
putra dari Sunan Ampel. Ia menyebarkan Islam di
wilayah pesisir utara Jawa terutama di daerah Tuban. Metode yang digunakan adalah dengan cara berdakwah
dan menggunakan kesenian gamelan yang pada saat itu merupakan salah satu
kesenian yang digandrungi masyarakat pada masa itu.
· Sunan
Drajat atau Raden Qosim
yang merupakan putra dari Sunan Ampel yang makamnya berada di daerah Paciran Lamongan.
Melakukan dakwah di daerah sekitar barat
Surabaya
· Raden
Paku atau Sunan Giri yang merupakan murid dari Sunan Ampel dan kemudian
menyebarkan Islam di daerah Bukit Giri, Gresik. Memiliki gelar Syekh Maulana Ainul Yaqin, gelar yang diberikan oleh
guru di Samudera Pasai karena ia memiliki ilmu agama yang mumpuni di usianya
yang masih muda.
· Sunan
Muria yang atau Raden Umar Syahid yang
merupakan pitra dari Sunan Kalijaga dengan Dewi Saroh. Sunan Muria dikenal
sebagai salah seorang wali yang mempertahankan kesenian gamelan sebagai media
dakwah yang paling ampuh. Sunan Muria merupakan pencipta tembang gending Sinom
dan Kinanti. Sunan Muria menyebarkan agama di wilayah Jepara, Tayu, Pati, Juana
dan Kudus yang merupakan daerah di pesisir utara Jawa Tengah.
· Jafar Shodiq atau Sunan
Kudus yang merupakan putra dari Raden Patah yang merupakan
Raja Demak. Menyebarkan agama di daerah Jawa Tengah sebelah utara yakni di
daerah Demak dan Kudus. Sunan Kudus ahli dalam bidang seni, ini dapat dilihat
dari tembang yang diciptakan yakni Mijil dan Maskumambang. Selain itu dalam
memainkan gamelan begitu merdu juga sehingga pada saat Sunan Kudus memainkan
gamelan banyak orang yang berbondong-bondong untuk mendengarkannya. Ada satu
cita-citanya yang belum terwujud yakni mendirikan masjid di Alun-alun Demak.
· Raden Syahid atau Sunan
Kalijaga adalah putra Tumenggung
Wilatikta yang merupakan Bupati Tuban dan juga masih keturunan dengan
Ronggolawe. Sunan Kalijaga menyebarkan agama di
daerah Kadilangu(dekat Demak). Sunan
Kalijaga menyebarkan agama dengan menggunakan cara berdakwah dengan berkeliling
di daerah-daerah terpencil. Selain itu ia juga menggunakan kesenian dalam
menyebarkan agamanya yakni dengan menggunakan media wayang dan gamelan yang
merupakan kesenian yang kondang pada masa itu. Jasa lain dari Sunan Kalijaga
adalah dalam pembangunan Masjid Demak yang pada saat itu Sunan Kalijaga membuat
tiang dari tatal( potongan-potongan kayu kecil) yang disusun rapi sehingga
menjadi tiang yang kuat. Tiang tersebut sekarang ini diberi nama “Soko Tatal”.
Tembang yang terkenal dari Sunan Kalijaga adalah Lir-illir.
· Syarif Hidayatullah
atau Sunan Gunung Jati yang menyebarkan agama di wilayah Jawa Barat(Cirebon). Ibunya adalah Dewi Roro Santang yang merupakan putrid
dari Siliwangi dan ayahnya adalah Sultan Abdullah. Sunan Gunung Jati sempat
menuntut ilmu di Timur Tengah dan pada 1470 kembali ke Jawa dan berguru pada
Sunan Ampel. Sunan Gunung Jati juga merupakan pendiri dari Kesultanan Cirebon.
Selain itu ia juga pernah menyerang Portugis yang berada di Sunda Kelapa pada
22 Juni 1527 yang juga dijadikan sebagai tanggal berdirinya Jakarta. Sunan
Gunung Jati meninggal pada 1570 di Desa Astana yaitu daerah sebelah utara Kota
Cirebon.
Para
wali tersebut merupakan tokoh yang sangat berpengaruh di Nusantara terhadap
perkembangan Islam. Cara dakwah yang dilakukan oleh para wali tersebut
berbeda-beda namun mereka memiliki tujuan yang sama yakni demi kemajuan dan
perkembangan Islam di Nusantara. Umumnya para wali ini dijadikan penasehat di
kerajaan Islam seperti Kerajaan Demak. Selain itu para wali ini ada yang
menyebarkan ajarannya dengan cara mendirikan sebuah pesantren atau komunitas
Islam seperti yang dilkukan oleh Sunan Ampel yang mendirikan pesantren di
wilayah Ampel Denta. Pesantren ini telah banyak melahirkan tokoh-tokoh penting
seperti Sunan Bonang, Sunan Drajat ataupun juga Raden Patah yang merupakan
pendiri dari Kerajaan Demak. Pendirian pesantren ini dimaksudkan untuk lebih
mendidik masyarakat yang ada di sekitar daerah itu untuk menjalankan syariat
agama secara benar selain juga sebagai tempat menuntut ilmu bagi para santri.
Pendidikan menjadi salah satu hal yang penting dalam sebuah masyarakat sebab
apabila masyarakat yang ada di sebuah sebuah daerah terdidik maka otomatis daerah
tersebut menjadi daerah yang maju begitu pula sebaliknya.
Kehidupan
masyarakat setelah masuk Islam menjadi baik dan tertata dengan rapi, ini dapat
dilihat dari banyaknya masyarakat yang sebelumnya mempercayai kepercayaan
Hindu-Budha kemudian berangsur-angsur meninggalkan kepercayaan itu dan beralih
ke ajaran Islam. Masyarakat juga mulai meninggalkan kebiasaan buruk dari mereka
yang dulunya berjudi, maksiat, ataupun juga mabuk-mabukan. Ini dilakukan karena
ajaran Islam tidak menghendaki adanya hal yang semacam ini karena bertentangan
dengan syariat Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar