Jumat, 20 April 2012

Sejarah Jalan Rel



Sejarah Jalan Rel dapat dikatakan dimulai sejak 2000 tahun sebelum Masehi. Penemuan akan rel diduga didapat dari pengalaman pada waktu menarik dan mendorong gerobak tidak beroda dan juga gerobak beroda pada sebuah jalan tanah. Pada musim hujan kondisi tanah menjadi basah dan becek sehingga beberapa roda yang melewati jalan tersebut meninggalkan bekas dan membentuk cekungan ke dalam tanah. Karena sering dilewati, tanah ini kemudian membentuk suatu alur yang lurus dan kemudian memudahkan bagi si pendorong karena telah alur yang diciptakan dari roda tadi. Ini yang kemudian memunculkan pengetahuan tentang sistem rel.

Pada abad ke 18 untuk angkutan batu bara dari pertambangan digunakan jalan yang menggunakan papan kayu yang dikenal dengan nama “Wagonway”. Penggunaan kayu menunjukkan kelebihan antara lain ketika tanah menjadi basah karena hujan, jalanan tidak basah karena di atas jalan tadi dilapisi kayu.
Namun penggunaan alas dari kayu lama-kelamaan tidak begitu menguntungkan karena sifatnya yang mudah lapuk dan rusak. Setelah itu alas dari kayu diganti dengan besi yang merupakan bahan yang kuat dan tahan lama. Pada tahun 1782 von Jessops menggunakan rel dari besi cor yang berbentuk jamur yang lebih efisien. Namun seiring dengan pengalaman yang menunjukkan bahwa besi cor mudah patah kemudian mendorong teknologi membuat rel yang diperkuat pada bagian tengah antara dua tumpuan atau yang dapat disebut dengan bantalan.
Pada awal tahun 1820 terjadi perubahan dalam sejarah rel. Edward Pease seorang pengusaha di Inggris, membutuhkan transportasi untuk mengangkut batu bara dari Darlington ke Stockton. Maka dari itu dibangunlah jalur rel yang diarsiteki oleh George Stephenson dan juga anaknya Robert Stephenson. Dan pembangunan itu selesai pada 27 September 1825 yang sekaligus menandai dibukanya jalur rel ini yang juga merupakan jalur rel pertama di dunia. Kemudian pada 15 September 1830 diresmikan jalur rel yang menghubungkan antara Liverpool- Manchester. Jalur yang ada disini dibuat ganda dengan kelandaian yang diatur sekitar 1 banding 1000 karena jalur di sekitar Liverpool memiliki kelandaian yang tinggi. Dan itu membuka pemikiran bagi negara lain untuk mengembangkan jalur rel termasuk Indonesia.
Sejarah Pembuatan rel di Indonesia

Text Box: Ini adalah gambar dari lori-lori yang mengangkut tebu dari perkebunan
Semenjak Belanda datang ke Indonesia, mereka telah banyak membangun sarana dan prasarana transportasi guna memudahkan mereka dalam menguasai sumber daya alam yang ada di Indonesia. Dan salah satunya adalah dengan membangun rel yang berada di sekitar perkebunan terutama perkebunan tebu. Pembangunan ini dimaksudkan agar mereka lebih mudah dalam mengantarkan tebu dari perkebunan menuju pabrik. Penggunaan rel dimaksudkan agar dalam perjalanannya dari perkebunan ke pabrik lebih efisien dan cepat. Sebelum adanya rel mereka menggunakan jalan biasa yang terbuat dari tanah. Namun karena jalan ini memiliki banyak kelemahan seperti apabila musim penghujan jalan ini menjadi becek dan sulit untuk dilewati. Kemudian Pemerintah Belanda berpikir keras untuk menanggulagi ini semua dan pada akhirnya dibuatlah jalan rel. Adalah Kolonel Jhr Van Der Wijk yang pertama kali mengemukakan ide ini dan kemudian direalisasikan pada 15 Agustus 1840. Berdasarkan analisisnya, pembangunan rel kereta api ini mendatangkan banyak keuntungan baik itu dalam hal pengantaran hasil perkebunan ataupun juga yang lainnya seperti keuntungan bagi kepentingan militer. Jalan rel ini pada awal pembangunannya hanya digunakan untuk pengantaran tebu dari perkebunan menuju pabrik, namun lama kelamaan jalan rel ini digunakan sebagai sarana transportasi kereta api.

Pembangunan jalan rel dimulai pada 17 Juni 1864 oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Mr. L.A.J Baron Sloet van den Beele dan diprakarsai arsiteki oleh Ir. J.P de Bordes. Pembanguna itu dimulai dari Kemijen menuju desa Tanggung yang berjarak 26 KM. Kemudian pembangunan dilakukan di Semarang menuju daerah pedalaman seperti Yogyakarta dan Solo ini bertujuan untuk mengangkut hasil perkebunan di daerah tersebut menuju pelabuhan yang berada di Semarang.

Setelah dibangunnya jalan rel tersebut kemudian memicu pembangunan yang lain seperti pembangunan rel dari Bogor menuju Jakarta. Pembangunan itu diprakarsai oleh perusahaan swasta bernama NIS (Nederlandsch Indische Spoorweg). Namun setelah membangun kedua jalur tersebut NIS mengalami kebangkrutan sehingga pembangunan diambil alih oleh SS (Statspoorwagen) yang merupakan perusahaan milik negara. Pekerjaan pertama dari SS adalah membangun jalan rel kereta api dari Bogor menuju Cicurug sepanjang 27 km. selanjutnya pembangunan dilanjutkan ke Sukabumi dan terus ke arah timur sampai dengan Yogykarta dan tersambung pada 1 November 1894. Jadi pada saat itu jalur kereta api disebelah barat sudah tersambung dari Yogyakarta sampai dengan Jakarta melewati Bandung, Sukabumi, dan Bogor.
Di bagian timur kemudian SS juga membangun rel agar dapat melakukan transportasi di seluruh Jawa. Di wilayah Jawa bagian timur pada 16 Mei 1878 diresmikan jalan rel antara Surabaya sampai dengan Pasuruan. Dengan dibangunnya jalur tersebut menjadikan daerah timur menjadi daerah yang ramai akan transportasi. Setelah itu dibangun lagi oleh SS jalur yang menghubungkan antara Surabaya dengan Solo dan diresmikan ada 24 Mei 1884. Jadi pada saat itu sudah ada rel penghubung dari Jawa bagian timur sampai dengan Jawa bagian barat. Ini membuktikan bahwa ramalan Jayabaya mengenai Pulau Jawa yang akan dikalungi besi terbukti dengan adanya jalan rel ini. Dan sampai sekarang jalan rel ini tetap bertahan kokoh seiring dengan perkembangan zaman dan juga perkembangan akan kereta api sendiri. Bertahannya jalan rel itu sendiri tidak terlepas dari perawatan yang dilakukan oleh pihak KAI dengan rutin mengecek dan mengganti bantalan maupun besi rel ketika sudah lapuk ataupun juga aus. Penggantian dilakukan dengan bahan yang kuat agar rel tetap kuat dan kokoh.

1 komentar: